Mengelola Konflik Organisasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia konflik adalah percekcokkan, perselisihan,
pertentangan. Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin yaitu configure yang
berarti saling memukul. Secara Sosiologis konflik diartikan sebagai proses
social antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya.
Perbedaan
yang terdapat dalam organisasi seringkali menyebabkan terjadinya ketidakcocokan
yang akhirnya menimbulkan konflik. Konflik merupakan sebuah situasi atau
perbedaan pendapat dimana dua orang atau lebih menginginkan tujuan-tujuan yang
dapat dicapai oleh salah seorang diantara mereka. Secara sosiologis konflik
diartikan sebagai proses sosial antara dua orang atau lebih dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan dan membuatnya
tidak berdaya.
Sumber-Sumber Utama Penyebab Konflik:
1. Komunikasi yang buruk
2. Karakteristik kepribadian yang menyebabkan individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu yang lain
3. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
4. Perbedaan latar belakang kebudayaan
5. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok Manusia
Tradisional
Pandangan ini menyatakan bahwa semua konflik itu buruk sikap dan cara berpikir serta bertindak yg selalu berpegang teguh pd norma dan adat kebiasaan yg ada secara turun-temurun konflik dilihat sebagai sesuatu yang negatif, merugikan dan harus di hindari. Untuk memperkuat konotasi negatif ini, konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurangnya kepercayaan, keterbukaan diantara orang-orang, dan kegagalan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan
Interaksionis
(The Interactionist View).
Pandangan ini cenderung mendorong terjadinya konflik,
atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok yang koperatif, tenang, damai, dan
serasi, cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif.
Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran ini, konflik perlu dipertahankan pada
tingkat minimun secara berkelanjutan, sehingga kelompok tetap bersemangat
(viable), kritis-diri (self-critical), dan kreatif.
NAMA :
MUHAMMAD ZAKI SYAHPUTRA
NPM :
14110852
KELAS : 2KA29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar